Bab 1
Pendahuluan
Kota Mekkah sudah takluk ditangan kaum muslimin maka berakhir pula
penyembahan terhadap berhala yang berpuluh-puluh tahun lamanya praktek
kesesatan itu dilaksakan, dan sejak nur kebenaran mulai menderang di
tanah Mekkah dengan diutusnya seorang Rasul dari kalangan mereka, yaitu
dari bani hasyim yang bernama sayyidina Muhammad SAW yang terkenal
dengan sebutan Al-Amin
[1].
Akan tetapi ketika beliau mendapat wahyu untuk menyampaikan risalahnya
beliau dan pengikutnya diperangi dan diusir maka Allah memerintahkan
untuk hijrah ke Yatsrib,
[2]
dan beliau menetap disana salama +-10 tahun hingga akhir hayat-Nya .
Yang pada akhirnya kota Mekkah bisa direbut kembali pada peristiwa
Fathul Mekkah ( pembukaan kota mekkah ) yang dipimpin langsung oleh
Rasulullah SAW. Dari peristiwa tersebut banyak suku-suku dari kalangan
jazirah arab mulai berduyun-duyun menyatakan ke Islamannya.
Pada bulan itu juga Rasulullah SAW melaksanakan Haji, yang lebih dikenal dengan sebutan hajjatul-wada’ ( haji perpisahan )
[3],
setelah itu beliau kembali ke Madinah, kira-kira 3 bulan setelah itu,
pada bulan shafar beliau mulai merasakan sakit, dan meminta izin kepada
istri-istri-Nya untuk berada di rumah salah satu istri-Nya yang bernama
Aisyah ra, dengan tulus ikhlas semuanya member izin, bertepatan pada
hari senin 12 Rabiul Awwal 11 H
[4] / 8 juni 632
[5] M, beliau wafat.
Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan tidak akan ada lagi yang menggantikan risalahnya
[6].
Para sahabat mulai risau dan gelisah, dalam benak mereka timbul suatu
pertanyaan siapa yang akan menjadi pengganti-Nya disini bukan pengganti
risalah-Nya tetapi pengganti imamah-Nya.
[7]
Dan dikalangan para ulama, dan sejarawan, ada istilah
Khulafaur-Rasyidin yang artinya ( pengganti-pengganti yang mendapat
petunjuk ) setiap khalifah itu senantiasa berkedudukan sabagai pimpinan
dalam Islam, lambat laun timbul pengertian baru bagi sebutan tersebut
yaitu penguasa ( vice-gerent ) tetapi pengertian yag baru itu bukan
panggilan yang asli
[8].
Dan yang menggantikan Rasulullah SAW pertama kali adalah Abu Bakar
As-Shiddiq ra walaupun terjadi perdebatan sengit antara kalangan
Muhajirin dan Anshar yang diantara keduanya salimg mengklaim bahwa yang
pantas menjadi pengganti Nabi Muhammad SAW ialah dari golongan mereka,
pada akhirnya musyawarah mufakat menghendaki Abu Bakar ra yang terpilih
menjadi pengganti Rasulullah SAW.
Kata khulafa’dan Ar-Rasyidin bermakna jama’ / banyak, berarti bukan
Abu Bakar ra saja yang menjadi Khulafaur-Rasyidin tersebut , melainkan
diantaranya :
- Abu Bakar ra. ( 11-13 H / 632-634 M )
- Umar bin Khattab ra. ( 13-23 H / 634-644 M )
- Usman bin Affan ra. ( 23-35 H / 644-655 M )
- Ali bin Abi Thalib ra. ( 35-41 H / 655-661 M )
Merekalah yang memegang kendali kekuasaan duniawi ( pemerintahan ) dan agamawi yang segala kebijaksanaan berdasarkan musyawarah
[9]. Dan masa kekuasaannya dari Khalifah pertama hingga yang terakhir kurang lebih 30 tahun, dari tahun 11 – 40 H / 632 – 661 M.
Dan dalam makalah ini , insya Allah akan dikupas tentang perjalanan
roda pemerintahannya, sarta jasa-jasanya terhadap Agama Islam, walaupun
tidak seluruhnya tertuang dalam makalah ini, tetapi sudah mewakili
riwayat kehidupan masing-masing khalifah tersebut, dari masa sebelum
menjadi khalifah hingga wafatnya, karena pembahasan pokok dalam makalah
ini ialah perkembangan islam masa Khulafaur-Rasyidin.
Bab 2
Perkembangan Islam masa Khulafaur-Rasyidin
- Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq ra. ( 11-13 H / 632-634 M )
Abu Bakar ra inilah sapaan yang sering kita dengar, siapakah beliau ? dia adalah Abdullah / Atiq
[10]
putra Abu Quhafah yang berasal dari bani taim, dipanggil Abu Bakar
karena pagi-pagi betul ia masuk Islam, yang bergelar As-Shiddiq ( yang
amat membenarkan ) dalam berbagai peristiwa yang terjadi pada Rasulullah
SAW terutama peristiwa Isra’ dan Mi’raj, beliau juga yang menemani Nabi
SAW ketika hijrah ke Madinah.
Ketika Rasulullah wafat kalangan Anshar mengadakan pertemuan di bani Saidah bermusyawarah untuk menggantikan kedudukan
Imamah-Nya
berita itu secepat kilat terdengar oleh kalangan Muhajirin , mendengar
berita itu kaum Muhajirin beramai-ramai untuk pergi ke persidangan
tersebut, tetapi dicegah oleh Abu Bakar, setelah berunding maka yang
pergi sebagai delegasi dari Muhajirin yaitu : Abu Bakar ra, Umar bin
Khattab ra, Abu Ubaidah bin Jarrah ra.
Setelah keduanya bertemu ( delegasi Muhajirin dan Anshar ) terjaadi
perdebatan sengit antara keduanya, mereka saling mengklaim bahwa yang
berhak menjadi pengganti Rasulullah, adalah dari golongan mereka
sendiri, dengan pertimbangan yang matang Abu Bakar ra yang terpilih
sebagai Khalifah Rasulullah.
Setelah kaum muslimin membaiat Abu Bakar ra sebagai khalifah kecuali
Ali bin Abi Thalib ra beserta keluarga Hasyimi dan Zubair bin Awwam ra
yang belum melakukan baiat terhadap Abu Bakar ra dan membaiat 6 bulan
setelah wafat-Nya Fathimah binti Rasulullah SAW.
[11]
- Peperanagn terhadap kaum riddat ( pemurtad )
Setelah Abu Bakar menjadi Khalifah kekacauan yang dilakukan kaum
murtadin dengan munculnya Nabi palsu dan ditambah lagi kelakuan sebagian
kaum muslimin yang baru masuk Islam menyatakan keengganannya untuk
membayar zakat mereka berpendapat bahwa membayar zakat adalah suatu yang
dipaksakan karena itu mereka tidak mau mematuhinya.
Abu bakar tidak menyangkal prinsip tersebut, memang didalam Islam
tidak ada paksaan, orang- orang bebas menerima atau menolak Islam
sekehendak mereka, Khalifah bependapat bahwa ketika mereka sudah masuk (
agama Islam ) beliau menegaskan mereka berada dalam ( agamg Islam )
selamanya dan juga beliau menaggapi krisis dengan mendeglarasikan diri
itu sebagai penghianatan. Sebagai tanggapan krisis politik Abu Bakar ra
adalah sebuah prinsip agama yang membayangi Islam hingga hari ini,
menyamakan pemurtadan adalah sebuah penghianatan.
[12] Ini kutipan dari Tamim Anshari.
Kemunculan riddat itu bermula dengan kemunculan tiga tokoh yang
menyatakan Nabi yaitu : Musailamah Al-Kadzab, Thulaihah bin Khuwailid,
dan Al-Aswad Al-Insa, dengan adanya tokoh tersebut, banyak murtadin
bergabung dengan mereka untuk menghadapi kaum muslimin untuk menguasai
tanah Arab. Memang ketika Fathul Mekkah banyak dari suku-suku jazirah
arab menyatakan ke Islamannya, akan tetapi ke Islamaanya belum
sepenuhnya matang dalam sanubarinya, sehingga mereka banyak yang
membelot.
Dengan banyaknya kaum riddat dan adanya statmen dari orang-orang yang
enggan membayar zakat membuat khalifah khawatir, Islam yang dibangun
oleh Nabi dengan kesempurnaan perundang-undangan dalam segala hal, kalau
tidak cepat bertindak akan kembali kezaman jahiliah. Hingga Akhirnya
Khalifah berunding dengan para sahabat dan memutuskan untuk
memeranginya, dan peperangan tersebut kaum muslimin dapat meluluh
lantakkan kaum riddat yang dipimpin oleh Khalid bin Walid ra. Setelah
kondisi tersebut terkendali dengan kekalahannya kaum riddat, Khalifah
mengutus sahabat kebeberapa daerah untuk menyebarkan dahwah islam.
- Pengiriman delegasi kebeberapa daerah.
Sahabat yang dikirim dan sekaligus menjadi pemimpin kebeberapa daerah antara lain :
- Kholid bin Walid ra, ke Iraq, menjelang penghujung bulan Rabiul
Awwal tahun 12 H / 633 M itu menuju kedudukan kerajaan Hirah yang
dibangun pada tahun 190 M dan ini dibawah penguasaan kerajaan persi,
kerajaan Hirah bisa dilumpuhkan dibawah pimpinan Khalid bin Walid.[13]
- Amr bin Ash ra, tujuannya ke Bandar selanjutnya ke Palestina.
- Syarahbil bin Hasanain ra, ke benteng kota Tabuk, Yordania.
- Yazid bin Abi Sufyan ra ke Damaskus, Syiria selatan.
- Abu Ubaidah bin Jarrah ra ke benteng Homs Syiria utara ibu kota Antiokia.
Ketika kaum muslimin memukul mundur masing-masing yang dituju,
terdengar oleh raja Heraklius penguasa kerajaan Roma, oleh karena itu
dia mengirim pasukaanya sekitar 240,000 orang untuk menghadapi kaum
muslimin, mendengar emperium Roma mengirim pasukannya sebanyak itu,
maka sahabat Amr bin Ash ra menegaskan kepada seluruh panglima pasukan
tersebut untuk bergabung dan pada Akhirnya seluruh pasukan kaum
muslimin bertemu di Yarmuk.
Dan ketika pasukan muslimin dan pasukan Roma sudah di Yarmuk, dan
berikhtiyar untuk membebaskan Syam ( palestina dan Syiria ) ada kabar
dari Madinah bahwa Khalifah Abu Bakar ra telah wafat, 23 Jumadil Akhir
tahun 13 H / 634 M.
- Masa pemerintahan Abu Bakar ra.
Pemerintahan Abu Bakar ra adalah pemerintahan Syura yang berdasarkan
permusyawaratan, dan merintis kesatuaan politik negri arab setelah
kesatuaan agama dapat diselesaikan, pemerintahan Abu Bakar sudah
berkembang dan meluas ke luar perbatasan kawasan arab, tetapi belum
mempunyai administrasi untuk mengurus pemerintahannya.
Dengan pemerintahan yang syura itulah dengan ijtihadnya yang kuat,
Allah memberikan kemenangan kepadanya dalam membebaskan Iraq dan Syam.
Kemudian setelah itu ia merintis pemerintah kesatuan di negri arab atas
dasar permusyawaran dalam batas-batas perintah dan larangan Allah SWT
[14].
Pada masanya juga ayat-ayat Al-Qur’an dibukukan menjadi satu, atas
usulan sahabat Umar bin Khattab ra, dengan alasan karena banyak para
khuffadz Al-Qur’an yang gugur dalam peperangan melawan kaum riddat di
yamamah, dengan petunjuk Allah SWT sahabat Abu Bakar ra menyetujuinya.
- Kesimpulan pada masa pemerintahannya.
- Perang melawan pemurtadan.
- Pemerintahan Syura ( permusyawaratan ).
- Pengiriman panglima kebeberapa daerah.
- Perluasan wilayah, dan merintis kesatuaan politik Negri Arab setelah kesatuaan agama dapat diselesaikan.
- Dan pembukuan Al-Qur’an.
Pemerintahan Abu Bakar ra sekitar dua tahun, ( 11-13 H / 632-634 M
), beliau wafat 21 Jumadil Akhir tahun 13 H / 634 M. dan kekhalifahan
selanjutnya berada ditangan sahabat Umar bin Khattab ra.
Bab 3
Khalifah Umar bin Khattab ra. ( 13-23 H / 634-644 M )
Sebelum masuk Islam sahabat Umar bin Khattab paling
keras memusuhi Islam, tetapi berubah keadaan pada suatu ketika adik
perempuannya yang bernama Fatimah dan suaminya membaca Al-Qur’an surat
Thoha beliau seakan tidak berdaya ketika mendengarkan apa yang dibacakan
oleh saudaranya itu, seketika itu juga ia bertanya keberadaan-Nya
Rasulullah SAW untuk menyatakan ke Islamannya ketika bertemu Rasul
beliau menyatakan masuk Islam.
Dengan masuknya Umar bin Khattab ra, Islam semakin kuat karena ia
sangat membela agama baru yang dianutnya, beliau terkenal adilnya. Ia
juga sebagai penasihat, ketika masa Abu Bakar ra menjadi Khalifah.
Ketika Abu Bakar ra dalam keadaan sakitnya akan berakhir dengan
kematian beliau selalu memikirkan tentang penggantinya dengan
pertimbangan beliau memanggil beberapa sahabat tentang sahabat Umar bin
Khattab ra, dan dengan ijtihatnya beliau menunjuk Umar bin Khattab ra
sebagai penggantinya dan disetujui oleh para sahabat dan kaum muslimin
umumnya, mereka mengatakan” sami’na wa’ato’na “.
Setelah Abu Bakar ra wafat pada hari senin 23 Jumadil Akhir 13 H / 22
Agustus 634 M, setelah itu tampuk kepemimpinan ( Khalifah )
digantikan oleh sahabat Umar bin Khattab ra, beliau dikenal dengan
sebutan Amirul Mu’minin karena agar tidak ada pengulangan sebutan
Khalifah khalifati Rasulullah SAW, oleh karena itu beliau menggunakan
istilah Amirul Mu’minin.
Setelah beliau di baiat, tugas yang beliau lakukan adalah melanjutkan
perluasan yang sudah dilakukan oleh Abu Bakar. Dan ketika itu pasukan
umat Islam dalam keadaan darurat yang berada di Yarmuk untuk menghadapi
tentara Romawi dibawah pimpinan Khalid bin Walid sebagai panglima
besarnya. dengan mendapat pertolongan Allah SWT Islam berhasil
mengalahkan tentara Romawi, walau jumlahnya tidak sebanding. Kemengan
itu diberitahukan kepada Khalifah yang berada di Madinah, dengan
kemenangan itu Umar bin Khattab ra melakukan Shalat dimasjid Nabawi
bersyukur atas kemenangan umat Islam.
- Masa pemerintahan Umar bin Khattab ra.
Masa pemerintahannya yang 10 tahun itu paling sibuk dan paling
menentukan bagi masa depan selanjutnya. Pada masa pemerintahannya
imperium Roma timur kehilangan bagian terbesar dari wilayah kekuasaannya
di pesisir barat Asia dan pesissr utara Afrika dan juga mengambil alih
kekuasaan didalam seluruh wilayah Persi.
[15] Kekuasan Islam semakin meluas yang sudah meliputi : Jazirah Arab, Palestina, Syiria, Mesir dan sebagian besar wilayah Persi.
[16]
Dengan kekuasaan Islam semakin luas, sahabat Umar bin Khattab ra,
membentuk administrasi Negara karena kekuasaan yang baru, mau tidak mau
harus mengangkat beberapa pembantu yang akan dapat mengatur segala
kepentingan perorangan terpisah dari kepentingan Negara.
Dalam hal ini, yang pertma kali dilakukan ialah memisahkan kekuasaan
yudikatif di Madinah dari kekuasaannya, beliau mengangkat Abu Darda’
yang segala macan urusan perkara hukum dia yang memutuskan, Syuraih
hakim Kufah, Abu Musa Al-Asy’ari di Bashrah, di Mesir Qais bin Al-as
Sahmi, mereka memutuskan perkara menurut ijtihat mereka sendiri dalam
batas-batas Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.
- Pembentukan ( dewan ) lembaga keuangan dan tunjangan.
Khalifah bingung dengan besarnya kiriman dari para pejabatnya, ia
melihat harus ada suatu ketentuan cara penghitungan dan penyaluran. Oleh
karena itu dengan menimbang beberapa pendapat para sahabat, Umar bin
Khattab ra, membentuk lembaga keuangan supaya bisa terkordinir dengan
baik dan adakan mobilisasi.
Dewan bisa berarti tempat mencatat nama tokoh-tokoh militer dan
mereka yang mendapat tunjangan, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
kata dewan dipakai untuk menyimpan arsip dan dokumentasi Negara, dan
juga di pakai untuk tempat para petugas yang menangani arsi-arsip.
- Wafatnya Umar bin Khattab ra.
Pada hari Rabu tanggal Dzulhijjah tahun ke 23 H beliau hendak
mengimami Shalat Shubuh. Baru saja beliau mulai niat Shalat hendak
bertakbir tiba-tiba muncul seorang laki-laki didepannya berhadap-hadapan
dan menikam dengan pisau ( khanjar ) tiga atau enam kali. Ternyata
laki-laki tersebut adalah Abu Lu’lu’ah Fairuz budak Al-Mughirah. Ketika
para sahabat hendak menangkapnya dia langsung membunuh dirinya sendiri.
Ketika para sahabat melihat keadaan Khalifah Umar bin Khattab ra yang
tidak memungkinkan lagi dan akan menemui kematian, maka para sahabat
meminta agar menunjuk pengganti setelah beliau tiada, setelah musyawarah
maka terbentuk majlis Syura yang di pimpin oleh Abdur Rahman bin Auf.
Dan yang menjadi penggantinya ialah Usman bin Affan ra.
- Kesimpulan masa pemerintahan Umar bin Khattab ra.
- Pada masa pemerintahannya wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi
Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, sebagian besar wilayah Persia’ dan
Mesir.[17]
- Beliau yang membentuk administrasi pemerintahan menjadi delapan
wilayah propinsi: Mekkah Madinah, Syiria, Jazirah, Bashrah, Kufah,
Palestina dan Mesir.[18]
- c. Dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah.[19]
- Dan juga membebaskan Baitul Maqdis pada tahun 15 H / 637 M[20]
- e. Juga membentuk kepolisian dan pengadilan untuk memisahkan
lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif, dan juga mendirikan baitul
mal, menempa mata uang, dan yang menciptakan tahun hijri. [21]
Beliau wafat pada ( 23 H / 644 M ). Dan Khalifah selanjutnya diganti oleh sahabat Usman bin Affan ra.
Bab 4
Khalifah Usman bin Affan ra. ( 23-35 H / 644-655 M )
Beliau termasuk sahabat yamg pertama masuk Islam yang biasa disebut
dengan Assabiqunal Awwalun. Dan beliau juga Salah satu menantu
Rasulullah SAW, beliau menikah dengan putri Rasul yang bernama Sayyidah
Ruqoyyah, setelah Sayyidah Ruqoyyah wafat, Rasulullah SAW menikahkan
dengan putrinya yang lain yang bernama sayyidah Umi Kulsum, tetapi
keduanya wafat ketika Rasul masih ada oleh karena itu beliau disebut
Dzunnurain ( kedua cahaya ).
Ketika Umar bin Khattab ra mendekati ajalnya beliau memilih beberapa
sahabat untuk menjadi Khalifah diantaranya : Usman bin Affan ra, Ali bin
Abi Thalib ra, Thalhah bin Ubaidillah ra, Abdur Rahman bin Auf ra,
Zubair bin Awwam ra, Sa’ad bin Abi Waqqas ra. Dan berhasil menunjuk
Usman bin Affan ra sebagai Khalifah dengan persaingan ketat dengan Ali
bin Abi Thalib ra
[22].
- Masa pemerintahannya Usman bin affan ra.
Perluasaan Islam di masa beliau himgga sampai ke Armenia, Tunisia,
Cyprus, Rhodes, bagian yang tersisa di Persia, Transoxania, dan
Tabaristan berhasil direbut, perluasan pertama berhenti disini.
[23]
Sistem pemerintahannya sama dengan pendahulunya yaitu pemerintahan
syura tapi ada sedikit perbedaan dalam mengambil kebijakan dengan Umar
bin Khattab ra, diparuh perjalanan selama 6 tahun penduduk merasa lebih
enak dan Khalifah Usman bin Affan ra lebih lunak untuk mengambil
keputusan, memang sifatnya beliau seperti itu lemah lembut.
Beliau juga menambah perluasan Masjid Nabawi besar-besaran dan juga
mengadakan pembaruan dalam bangunan itu sesuai dengan dengan
kecenderungan aspirasinya.
Dalam peperangan di Armenia dan di Azerbaijan terjadi perselisihan
tentang bacaan Al-Qur’an dan mengutamakan bacaan mereka masing-masing,
melihat perselisihan seperti itu Hudzaifah bin al-Yamani melaporkan
kepada Khalifah Usman bin Affan ra, setelah mendengar laporan Hudzifah
bin al-Yamani Khalifah Usman bin Affan ra beliau bermusyawarah, dan
beliau berkata “ menurut hemat saya orang harus sepakat dengan hanya ada
satu bacaan saja,
[24] yang pada akhirnya kita kenal dengan mushaf Usman.
- Sebab terjadinya pemberontakan.
Di tengah perjalanan sekitar 6 tahun dari semenjak beliau menjadi
Khalifah masyarakat mulai gelisah dengan kelakuan pejabat-pejabat yang
diangkat oleh Khalifah Usman bin Affan ra dan kebanyakan dari
pejabat-pejabat tersebut masih ada kerabat Khalifah Usman bin Affan ra,
memang kalau melihat pada sejarah yang ada kebanyakan yang dipilih
menjadi pejabat adalah dari kerabat Khalifah Usman bin Affan ra. Dengan
demikian ada sebagian yang tidak senang kebijakan Khalifah Usman bin
Affan ra, sehingga mencapai puncaknya para pemberontak mendatangi dan
mengepung Rumah Khalifah agar supaya memecat pejabat-pejabatnya dan
Khalifah sendiri disuruh mengundurkan diri.
Disebutkan bahwa pengepungan itu berlangsung selama 40. Sekali-sekali
Usman bin Affan ra mengingatkan kaum pemberontak itu akan bahaya fitnah
dan menyebutkan beberapa ayat Al-Qur’an. Tetapi mereka tidak
menghiraukannya.
- Wafatnya Khalifah Usman bin Affan ra.
Pemberontak itu kemudian menyerang, membakar, dan memanjat rumah
Khalifah dan berusaha membunuh Khalifah Usman bin Affan ra yang pada
saat itu beliau ada didalam rumah sedang membaca Al-Qur’an. Usaha
pemberontak itu berhasil membunuh Khalifah. Beliau wafat pada hari
Jum’at 18 Dzulhijjah 35 H. Innalillahi Wainna Ilaihi Rajiun. Setelah
beliau wafat ke Khalifahan dipegang oleh sahabat Ali bin Abi Thalib ra.
- Kesimpulan Masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan ra.
- Beliau meneruskan perluasaan hingga sampai Armenia, Tunisia,
Cyprus, Rhodes, bagian yang tersisa di Persia, Transoxania, dan
Tabaristan.
- Beliau juga yang mengatur pembagian air ke kota, membangun bendungan
supaya terhindar dari banjir, membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan,
mesjid, dan perluasan masjid Nabawi.[25]
- Dan menyatukan bacaan Al-Qur’an.
Dan setelah Khalifah Usman bin Affan ra wafat maka di gantikan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib ra.
Bab 5
Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. ( 35 – 41 H / 655 – 661 M )
Beliau masuk Islam ketika masih kanak-kanak dan termasuk Assabiqunal
Awwalun, beliau sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW dengan
pernikahannya dengan Fathimah binti Rasulullah SAW. Sejak ditinggal oleh
ayahnya beliau di asuh oleh Rasul.
Beliau juga yang menggantikan tempat tidur-Nya Rasul, ketika kafir Quraisy mengepung rumah Rasul untuk membunuh-Nya.
Beliau menjadi Khalifah setelah Usman Bin Affan ra wafat, selama lima
hari berikutnya mereka tanpa pemimpin, oleh beberapa sahabat Ali bin
Abi Thalib yang ditunjuk sebagai pengganti Usman bin Affan tetapi beliau
menolak, tapi kenyataannya tidak ada orang lain selain beliau yang
pantas yang menjadi khalifah daripada beliau. Di Madinah waktu itu masih
kacau atas terbunuhnya Usman bin Affan ra oleh pemberontak, keadaan
sangat eksplosif.
[26]
Akibatnya perpecahan akan bertambah parah, umat akan saling curiga dan
akan berujung pada perang saudara, jalan tengahnya beliau menerima
kenyataan. Atas pertimbangan itu akhirnya Ali pun setuju memikul
tanggung jawab yang amat berat itu.
- Masa pemerintahannya Ali bin Abi Thalib ra.
Pada masa pemerintahannya beliau dihadapi beberapa masalah yang
sangat berat, yang mana, itu membuat beliau tidak bisa memperluas
kekuasaan Islam karena ada permasalahan intern dalam umat Islam, yang
berakibat peperangan di antarnya :
Ketika Sayyidah Aisyah ra, hendak pulang ke Madinah setelah
melaksakan Umrah beliau bertemu dengan sahabat Thalhah bin Ubaidillah ra
dan Zubair bin Awwam ra, keduanya mengajak Sayyidah Aisyah ra supaya
menemui masyarakat Bashrah untuk menuntut ke Khalifah Ali bin Abi
Thalib ra tentang kewafatannya Khalifah Usman bin Affan ra, Khalifah Ali
bin Abi Thalib ra mendengar bahwa di Bashrah akan terjadi pemberontakan
maka beliau juga menuju ke Bashrah ra ketika keduanya bertemu antara
Thalhah bin Ubaidillah ra dan Zubair bin Awwam ra dengan Khalifah Ali
bin Abi Thalib ra mereka berunding supaya tidak terjadi peperangan,
Zubair bin Awwam ra menyetujui.
Ada sekelompok munafiq yang mendengar bahwa peperangan tidak akan
terjadi maka orang-orang munafiq tadi menyusupkan fitnah, supaya
keduanya berperang, ketika ada desakan seperti itu pada akhirnya
terjadilah peperangan, yang dimenangkan oleh Ali bin Abi Thalib ra.
Dinamakan perang Jamal karena Sayyidah Aisyah ra ketika peperangan melawan Ali bin Abi Thalib ra menunggangi Unta ( Jamal ).
Peperangan ini antara Khalifah Ali bin Abi Thalib ra dengan
Mu’awiyah bin Abi Sufyan ra, ketika terjadi peperangan yang kemenangan
akan berpihak ke Khalifah Ali bin Abi Thalib ra maka dari pihak
Mu’awiyah bin Abi Sufyan ra mengangkat mushaf supaya menghentikan
peperangan.
Kalifah Ali bin Abi Thalib menyetujui dan dari keduanya saling
mengutus utusan untuk berunding dari pihak Ali bin Abi Thalib ra adalah
Abu Musa Asy’ari dan dari pihak Mu’awiyah bin Abi Sufyan ra adalah Amr
bin Ash ra yang dikenal dengan
Tahkim[27]. Dan ini menemui kegagalan dan harapan menuju perdamaian.
- Wafatnya Khalifah Ali binAbi Thalib ra.
Ketika ada tahkim dari pihak Khalifah Ali bin Abi Thalib ada yang
menyetujui adanya tahkim dan ada pula yang tidak setuju, yang pendukung
dinamakan Syi’a dan yang tidak mendukung dinamakan Khawrij
[28].
Karena kaum Khawarij sangat keras kalau memutuskan hukum, siapa saja
yang tidak sepaham dengan mereka sampai-sampai dikatakan kafir dan
hukumannya harus dibunuh, oleh karena itu Khalifah Ali bin Abi Thalib ra
dan pendukungnya, Mu’awiyah maupun pendukungnya, mereka ( Khawarij )
menganggap mereka orang-orang kafir. Sehingga mereka merencanakan untuk
membunuh Khalifah dan Mu’awiyah ra.
Yang pertama Abdur-Rahman bin Muljam al-Himyari yang akan berangkat
ke Kufah untuk membunuh Amirulmukminin Ali ra, yang kedua al-Burak atau
al-Hajjaj bin Abdullah at-Tamimi dua nama yang masih rancu ke Syam untuk
membunuh Mu’awiyah bin Abi Sufyan ra, dan yang ketiga ke Mesir Amr bin
Bakr Attamimi untuk membunuh Amr bin Ash ra. Tapi yang berhasil dibunuh
hanya Amirulmukminin Ali ra oleh Abdur- Rahman bin Muljam al-Himyari dan
beliau wafat pada 20 Ramadhan 41 H / 24 Januari 661 M.
[29
- Kesimpulan masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib ra.
- Beliau ingin memulihkan situasi yang sedang tidak terkendali itu
kembali seperti masa Khalifah Abu Bakar ra dan Umar bin Khattab ra.
- Memecat gubernur lama yang dipilih oleh Usman bin Affan ra antara lain
- Abdullah bin Abbas ra untuk menggantikan Ya’la bin Mu’awiyah di Yaman.
- Usman bin Hunaif untuk menggantikan Abdullah bin Amir al-Hadrami di Bashrah.
- Umarah bin Syihab untuk Kufah, tapi penduduk Kufah menginginkan
gubernurnya tetap yaitu Abu Musa Asy’ari dan langsung Abu Musa Asy’ari
mengirimkan surat kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib ra untuk menyatakan
bai’atnya dan bai’at rakyat Kufah.
- Sahl bin Hunaif untuk menggantikan Mu’awiyah bin Abi Sufyan ra di Syam tetapi tidak berhasil.
Memang setelah Khalifah Ali ra wafat kedudukan diganti oleh putranya
Hasan bin Ali ra selama beberapa bulan, ternyata beliau lemah, sementara
Mu’awiyah semakin kuat, maka Hasan bin Ali membuat perjanjian damai.
Setelah itu kepemimpinan digantikan oleh Mu’wiyah yang mencetuskan
sistem pemerintahan yang absolut. Dengan demikian berakhir apa yang
disebut dengan masa Khulafaur Rasyidin dan dimulailah kekuasaan Bani
Umayah.
[30]
Factor-faktor yang menyebabkan perluasaan itu begitu cepat antara lain adalah :
[31]
- Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan Manusia dan Tuhan juga mementingkan pembentukan masyarakat.
- Islam agama yang menyuruh untuk berdakwah kepada yang lain.
- Waktu itu kerajaan Romawi dan Persia sudah mengalami kemunduran.
- Dan kerajaan itu memaksakan kepada rakyatnya untuk menganut agamanya
dan mengambil pajak yang begitu tinggi. Ini beda dengan Islam, oleh
sebab itu Islam cepat diterima.
- Islam masuk ke daerah-daerah dengan simpatik dan toleran dan tidak memaksa untuk mengubah agamanya.
- Dan bangsa Arab dianggap lebih dekat kepada mereka dibanding bangsa
Eropa, bezantium, yang memerintah mereka. Dan mereka membantu Islam
untuk perluasan.
Dengan gugurnya Amirulmukminin Ali bin Abi Thalib ra Sebagai Khalifah
ke-4, maka berakhir pulalah masa Khalifah Ar-Rasyidah ra yang
berlangsung hampir selama 30 tahun.
Daftar Pustaka